Wonosobo, 2011
Keindahan Dataran Tinggi Dieng, Wonosobo menjadi lengkap dengan kehadiran manusia pekerja keras, petani. Ya...bertani di dataran tinggi yang dianugerahi tanah subur tidak jauh beda dengan bertani di lokasi lain. Butuh ketekunan, keuletan dan kesabaran. Namun ternyata itu belum cukup....hasil bagus secara berkesinambungan membutuhkan pengetahuan bercocok tanam dan kearifan. Petani Dieng mengandalkan perhitungan musim yang dipercayai secara turun temurun. Jangan berharap menemukan penggunaan pupuk kimia di daerah ini. Masyarakat petani percaya, menggunakan pupuk dan obat-obatan organik akan menjaga kesuburan dan kualitas tanah pertanian.
Salah satu andalan hasil pertanian di Dataran Tinggi Dieng adalah kentang. Dalam setahun petani bisa menuai dua hingga tiga kali hasil tanam. Proses memanen hasil pertanian tidak hanya dilakukan petani si empunya tanaman. Mereka masih memegang erat tradisi gotong royong. Petani saling membantu satu sama lain untuk memanen hasil tanamnya.
Berpuluh tahun, rupanya kerja keras yang dilakukan petani tak juga mengangkat derajat hidup mereka selama ini. Tentu saja mereka tidak pernah tahu jika hasil tanam mereka akan dihargai tiga hingga empat kali lipat dari harga awal ketika produk mereka dibeli pertama kali. Mereka juga tidak pernah tahu jika tanah yang selama ini menghidupi anak cucu mereka, suatu saat dengan sangat mudah berpindah tangan ke tangan para investor. Merubah lahan hijau yang produktif menjadi hunian-hunian kaum kaya atau dijadikan lokasi industri.
"Hahahaha....ah itu biarlah orang-orang pinter yang memikirkannya nak, kami hanya mengerti inilah tanah kami yang harus kami pelihara dengan baik. Berbuat baik kepada bumi akan memberi makan anak cucu kami" tutur perempuan tua itu dengan berbinar, melihat hasil panen kentangnya cukup melimpah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar